Cerita Gadis dari Negeri Pemimpi
Angin berhembus membawa
suasana sejuk disekitar hamparan hijau yang dikelilingi pemandangan indah
lengkap dengan sungai yang membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Hembusan
angin sejuk menjadi penyempurna untuk keadaan di tempat itu.
Tak pernah sebelumnya
kulihat tempat sempurna seperti ini, saat kita terus berjalan mengikuti arah
sumber dari air-air jernih di sungai itu, lagi-lagi mengejutkan! Sebuah
pemandangan air terjun yang sangat indah, bukan cuma satu tetapi lebih dari
itu. Seperti sebuah hutan, tapi juga bukan sebuah hutan. Tempat ini seperti
surga, tanaman indahnya, pepohonan yang beragam, kumpulan binatang yang lucu
dan menggemaskan yang hidup disana. Tapi tak ada seorang pun yang kutemui “Apa
ini tempat tak berpenghuni?” langkah kakiku terus melangkah. Aku tak begitu
ingat, bagaimana aku bisa sampai ketempat ini.
Suara dari perutku
mulai berdendang, kupetik buah-buahan yang ada disana, untuk menenangkan suara
perut yang terus berdendang ini. Rasanya yang lezat membuatku melahap semua buah-buahan
disana hingga perutku terasa meluap. Akhirnya aku putuskan untuk bersandar di bawah
pohon rindang itu. Sepertinya sedang musim panen.
Tak lama terdengar
suara langkah kaki dari balik semak, terlihat seorang gadis sebaya denganku
muncul tepat dihadapanku. Kami bersamaan terkejut. “Siapa kau?” Tanya gadis
itu. “Reina, itulah namaku” jawabku. “Kau dari mana? Tinggal dimana?” “Aku juga
bingung menjelaskannya padamu.” “Siapa namamu?” “Putri Alice”, “Nama yang
indah” “Terima kasih”. Percakapan antara aku dan dirinya terus berlanjut.
Tempat yang sangat aneh, bagiku ini bukan tempat tinggalku. Kujelaskan semuanya
pada alice jika ditanya mengenai bagaimana bisa aku sampai ketempat ini, aku
juga tak tahu. Ia memberikanku ijin untuk tinggal bersamanya, sampai aku bisa
kembali menemukan jalan pulang.
Sepanjang perjalanan
menuju rumah Alice, “Tempat ini sungguh benar-benar aneh..” semua orang sangat
ramah terutama saat kami lewat, tak ada yang tahu pasti apa yang terjadi
disini, aku bahkan benar-benar tak mengingat dimana keberadaanku terakhir
sebelum berada disini. Berulang kali mencoba mengingat semuanya, yang
kudapatkan hanya posisi rumah, aku rasa aku ada dirumah sebelumnya. “Apa yang
terjadi? Bagaimana aku dapat sampai disini?”
Sesampai dirumah Alice,
aku disambut ramah oleh ibu dan adiknya. Rumahnya bagaikan sebuah istana “ASpa
ini sebuah negeri yang dipimpin oleh sebuah kerajaan?” lagi-lagi ada perasaan
aneh dibenakku. Terasa ada banyak perbedaan antara disini dan diduniaku. “apa
yang terjadi!”. Saat malam tiba, kami berkeliling kepasar malam, banyak
orang-orang disana, pasar malam itu sungguh benar-benar luar biasa, sangat
ramai dan meriah.
Aku, alice dan adiknya
zico menikmati suasana pasar malam, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang
berlari dan menabrak kami, ia terjatuh begitupun kami, akan tetapi ia segera
berdiri dan berlari lagi, zico mengejar anak laki-laki itu, alice pun juga ikut
berlari dan turut serta menarik lenganku. Zico berlari sangat kencang, tak
heran ia pun dapat menangkap anak itu “untuk apa mengejarnya zico?” Tanya alice
“kau tak lihat/ ia mencuri uangmu!” sahutnya dengan nada keras. “ia tak
mencuri.. dan bukan dia pelakunya!” ucapku. Zico dan alice merasa heran. “ kau
lihat caranya mengambil uang dari alice sangat kasar, maksudku sangat terlihat
jelas, belum lagi ia berlari tanpa berpikir panjang agar tak tertangkap olehmu
zico, jika dia memang seorang pencuri, ia pasti tak berlari seperti itu. Itu
semua karena dia terpaksa melakukannya atau ada yang sengaja memerintahkannya.”
Anak itu akhirnya menjelaskan semuanya, seperti dugaanku, yang terjadi memang
seperti itulah.
Sudah beberapa hari aku
tinggal disini, aku harus kembali pulang. Ayah dan ibu pasti mengkhawatirkanku.
Aku ingin menceritakan detil tentang kehidupanku dan duniaku padanya tapi sulit
untuk mengungkapkan semua itu padanya. Saat sedang asyik menikmati pemandangan
mentari yang indah didepan halaman rumah alice, seorang wanita setengah
baya memanggilku dan ia menyampaikan
sebuah pesan padaku.. “panggilan.. alice memanggilku” hentakan kaki dengan
cepat melangkah. “reina.. bagaimana ini? zico tiba-tiba kesakitan dan
membuatnya seperti ini. Aku coba untuk membantu tapi semua tak berhasil” Tanya
alice “ aku juga tidak tahu.. laporkan saja keibumu dan kita panggil seorang
dokter atau tabib!” aku merasa benar-benar gugup dan bingung. “tak bisa! Ini
tak boleh kami lakukan! Tak ada yang boleh tahu jika aku ataupun zico sakit
separah ini” “apa maksudmu?” “tak bisa!” “baiklah, kalau begitu ambilkan saja
air hangat dan sehelai kain” dengan gemetaran aku mencoba membuat zico lebih
baik dan tak merasa kesakitan lagi, syukurlah tuhan membaantuku.
“alice berkata padaku
bahwa ia akan segera menunaikan kewajibannya” tak jelas apa maksudnya, akan
tetapi sekarang bagaimana denganku? Kapan aku dapat kembali? Ini bukan duniaku!
Ibu alice mengajakku berjalan mengunjungi sebuah bangunan yang tampak seperti
bangunan sekolah, disana terdapat kegiatan belajar mengajar. Kami berkeliling
kesemua penjuru bangunan tersebut, tiba-tiba disalah satu ruangan tersebut tak
ada seorang guru yang mengajari mereka, tak terduga ibu alice justru memintaku
untuk menjadi guru untuk mereka. Kegiatan ditempat itu berakhir dengan
mengajarnya aku disana.
Bertemu mentari..
bertemu rembulan.. puluhan kali sudah aku menemuinya. Tak ada tanda aku akan
menghilang dari tempat ini. “tuhan, aku mohon.. biarkan aku kembali” ungkapan
yang terucap dibenakku. Tepat saat hendak kembali berbalik, berdiri seorang
tuan yang lagi-lagi berpakaian aneh seperti seorang raja ataupun perdana menteri.
Sosoknya yang tinggi dan besar membuatku terkejut! Tak kusangka ia ternyata
ayah alice dan zico.
Pertemuan dengan
ayahnya membuatku bertanya-tanya. Satu kata yang kuingat dari sekian banyak
ungkapan yang diucapkan ayahnya yang diungkapkan tadi, “alice dan zico akan
melakukannya untukmu.. tak perlu khawatir” keesokan harinya, sebelum mentari
berterik, aku diajak alice dan zico untuk segera pergi. Alice dan zico tak
mengatakan akan kemana, namun setelah sekian lama melangkahkan kaki, tiba-tiba
suara hentakan kaki yang beriringan itu berhenti tepat dimana tempat kami
bertemu pertama kali berjumpa. Alice meminta padaku agar aku tetap disini dan
menjadi orang kepercayaannya tapi dengan tegas aku mengatakan tak bisa. Ini
bukan tempat tinggalku. Dan aku harus secepatnya kembali.
“bagaimana kau sampai
ketempat ini?” Tanya zico. “entahlah aku tak tahu, dan aku juga bingung apa
yang sedang terjadi denganku, kenapa aku ada disini” “pasti ada sesuatu yang
membuatmu harus disini” “mungkin agar kau bisa mengenali dirimu lebih jauh
lagi” “maksudmu zico?” tanyaku.
“Ini memang bukan
duniamu, zico yang membuatmu berada disini, keberadaanmu disini itu atas
panggilan dari zico. Kau ungkin tidak mengerti, tapi ini adalah negeri pemimpi
kami hanya ada dalam impianmu. Semua kejadian yang terjadi tentang kau yang
mengungkap semua kasus-kasus dan permasalahan disini, kau masih belum mengenali
kemampuanmu? Bukankah kau yang paling tahu tentang dirimu? Ku juga yang paling
tahu apa yang harus kamu lakukan. Mengapa kau biarkan itu sebatas sebuah mimpi?
Jangan berpura-pura kau tak tahu apa-apa, kau bukan orang bodoh”. “zico
memanggilmu, ia ingin tahu apa kau tetap seperti diduniamu ketika kau hidup
dinegeri ini, tapi ternyata tidak. Naluri menuntunmu untuk terus mewujudkan
mimpi dan membiarkannya berkembang bukan menutup diri dari mimpi”. “aku zico,
aku hanya bertanya jika didunia mimpi kau jadi dirimu sendiri mengapa kau
disana berpura-pura bodoh? Hidupmu Cuma satu kali, jika kau menginginkan
kehidupan diduniamu maka berubahlah!”.
“jangan biarkan
pengalaman buruk membuatmu menutup diri dan menutup semua impianmu, jika kau
seperti itu, maka kau sama dengan orang yang tak bersyukur atas semua pemberian
tuhan padamu. Kemampuanmu, impianmu, usaha dan do’a, mereka bukan sebuah
kata-kata akan tetapi itu untuk dilakukan dan buat semuanya menjadi sebuah
hasil yang dapat disaksikan oleh seluruh dunia.“tapi bagaimana? Aku terlanjur
menutup impianku dan aku tak bisa berbuat apapun selain meneruskan kehidupanku
yang seperti ini! Aku sudah mencoba berkali-kali berubah tapi tak bisa! Aku tak
bisamelakukannya!”.
“keberanian..
keberanian.. itulah yang harus kau lakukan. Jika kau berani menutup impianmu
maka kau juga harus berani membuka kembali impian itu”. “reina.. aku dan alice
adalah temanmu dinegeri pemimpi dan kita mungkin tak bertemu lagi, tapi kau
harus ingat bahwa “MIMPI” untuk diwujudkan!”
“reina.. aku dan zico
adalah pangeran dan putri dinegeri ini, jadi.. maaf sebelumnya karena aku tak
mengatakannya sejak awal.. ini semua karena kami membuat seorang gadis
menemukan arti sebuah “IMPIAN/MIMPI” jika kami berhasil maka secara resmi kami
akan diakui sebagai pangeran dan putrid dinegeri ini. Jadi kau harus berubah!
“kembalilah!” melangkahlah lurus dari arah belakangmu dan kau pasti akan
bertemu jalan pulang itu!”
Sambil terus melangkah
aku mengucap pada mereka “terima kasih alice dan zico.. semoga kau dapat
menjadi putri dan pangeran dinegeri indah ini, semoga kalian akan selalu
membantu meraka menemukan arti sebuah “IMPIAN” itu”. Ucapku dalam benak, sambil
trus melangkahkan kaki, tiba-tiba sinar terangmenghampiriku dan semuanya
seketika menjadi gelap gulita.
“reina..reina.. kau
masih belum bangun?”
“reina!! Sudah pukul 07.30 pagi Kau tak kesekolah?”
“apa? Kesekolah? Pukul
07.30.. sekarang?” aku cepat-cepat bangun dan segera berangkat. Ibu bilang aku
sudah tertidur sejak siang kemarin dan baru bangun pagi ini, semuanya terasa
seperti perjalanan sungguhan. Tapi mulai hari ini waktunya perjalanan
mewujudkan “IMPIAN”.
selesai
Maqhrisa R. Suherman
KOTABARU, 2014