Jumat, 23 Oktober 2015

Cerpen (Cerita Gadis dari Negeri Pemimpi)

Edit Posted by with No comments
Cerita Gadis dari Negeri Pemimpi


Angin berhembus membawa suasana sejuk disekitar hamparan hijau yang dikelilingi pemandangan indah lengkap dengan sungai yang membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Hembusan angin sejuk menjadi penyempurna untuk keadaan di tempat itu.
Tak pernah sebelumnya kulihat tempat sempurna seperti ini, saat kita terus berjalan mengikuti arah sumber dari air-air jernih di sungai itu, lagi-lagi mengejutkan! Sebuah pemandangan air terjun yang sangat indah, bukan cuma satu tetapi lebih dari itu. Seperti sebuah hutan, tapi juga bukan sebuah hutan. Tempat ini seperti surga, tanaman indahnya, pepohonan yang beragam, kumpulan binatang yang lucu dan menggemaskan yang hidup disana. Tapi tak ada seorang pun yang kutemui “Apa ini tempat tak berpenghuni?” langkah kakiku terus melangkah. Aku tak begitu ingat, bagaimana aku bisa sampai ketempat ini.

Suara dari perutku mulai berdendang, kupetik buah-buahan yang ada disana, untuk menenangkan suara perut yang terus berdendang ini. Rasanya yang lezat membuatku melahap semua buah-buahan disana hingga perutku terasa meluap. Akhirnya aku putuskan untuk bersandar di bawah pohon rindang itu. Sepertinya sedang musim panen.
Tak lama terdengar suara langkah kaki dari balik semak, terlihat seorang gadis sebaya denganku muncul tepat dihadapanku. Kami bersamaan terkejut. “Siapa kau?” Tanya gadis itu. “Reina, itulah namaku” jawabku. “Kau dari mana? Tinggal dimana?” “Aku juga bingung menjelaskannya padamu.” “Siapa namamu?” “Putri Alice”, “Nama yang indah” “Terima kasih”. Percakapan antara aku dan dirinya terus berlanjut. Tempat yang sangat aneh, bagiku ini bukan tempat tinggalku. Kujelaskan semuanya pada alice jika ditanya mengenai bagaimana bisa aku sampai ketempat ini, aku juga tak tahu. Ia memberikanku ijin untuk tinggal bersamanya, sampai aku bisa kembali menemukan jalan pulang.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Alice, “Tempat ini sungguh benar-benar aneh..” semua orang sangat ramah terutama saat kami lewat, tak ada yang tahu pasti apa yang terjadi disini, aku bahkan benar-benar tak mengingat dimana keberadaanku terakhir sebelum berada disini. Berulang kali mencoba mengingat semuanya, yang kudapatkan hanya posisi rumah, aku rasa aku ada dirumah sebelumnya. “Apa yang terjadi? Bagaimana aku dapat sampai disini?”
Sesampai dirumah Alice, aku disambut ramah oleh ibu dan adiknya. Rumahnya bagaikan sebuah istana “ASpa ini sebuah negeri yang dipimpin oleh sebuah kerajaan?” lagi-lagi ada perasaan aneh dibenakku. Terasa ada banyak perbedaan antara disini dan diduniaku. “apa yang terjadi!”. Saat malam tiba, kami berkeliling kepasar malam, banyak orang-orang disana, pasar malam itu sungguh benar-benar luar biasa, sangat ramai dan meriah.

Aku, alice dan adiknya zico menikmati suasana pasar malam, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang berlari dan menabrak kami, ia terjatuh begitupun kami, akan tetapi ia segera berdiri dan berlari lagi, zico mengejar anak laki-laki itu, alice pun juga ikut berlari dan turut serta menarik lenganku. Zico berlari sangat kencang, tak heran ia pun dapat menangkap anak itu “untuk apa mengejarnya zico?” Tanya alice “kau tak lihat/ ia mencuri uangmu!” sahutnya dengan nada keras. “ia tak mencuri.. dan bukan dia pelakunya!” ucapku. Zico dan alice merasa heran. “ kau lihat caranya mengambil uang dari alice sangat kasar, maksudku sangat terlihat jelas, belum lagi ia berlari tanpa berpikir panjang agar tak tertangkap olehmu zico, jika dia memang seorang pencuri, ia pasti tak berlari seperti itu. Itu semua karena dia terpaksa melakukannya atau ada yang sengaja memerintahkannya.” Anak itu akhirnya menjelaskan semuanya, seperti dugaanku, yang terjadi memang seperti itulah.
Sudah beberapa hari aku tinggal disini, aku harus kembali pulang. Ayah dan ibu pasti mengkhawatirkanku. Aku ingin menceritakan detil tentang kehidupanku dan duniaku padanya tapi sulit untuk mengungkapkan semua itu padanya. Saat sedang asyik menikmati pemandangan mentari yang indah didepan halaman rumah alice, seorang wanita setengah baya  memanggilku dan ia menyampaikan sebuah pesan padaku.. “panggilan.. alice memanggilku” hentakan kaki dengan cepat melangkah. “reina.. bagaimana ini? zico tiba-tiba kesakitan dan membuatnya seperti ini. Aku coba untuk membantu tapi semua tak berhasil” Tanya alice “ aku juga tidak tahu.. laporkan saja keibumu dan kita panggil seorang dokter atau tabib!” aku merasa benar-benar gugup dan bingung. “tak bisa! Ini tak boleh kami lakukan! Tak ada yang boleh tahu jika aku ataupun zico sakit separah ini” “apa maksudmu?” “tak bisa!” “baiklah, kalau begitu ambilkan saja air hangat dan sehelai kain” dengan gemetaran aku mencoba membuat zico lebih baik dan tak merasa kesakitan lagi, syukurlah tuhan membaantuku.
“alice berkata padaku bahwa ia akan segera menunaikan kewajibannya” tak jelas apa maksudnya, akan tetapi sekarang bagaimana denganku? Kapan aku dapat kembali? Ini bukan duniaku! Ibu alice mengajakku berjalan mengunjungi sebuah bangunan yang tampak seperti bangunan sekolah, disana terdapat kegiatan belajar mengajar. Kami berkeliling kesemua penjuru bangunan tersebut, tiba-tiba disalah satu ruangan tersebut tak ada seorang guru yang mengajari mereka, tak terduga ibu alice justru memintaku untuk menjadi guru untuk mereka. Kegiatan ditempat itu berakhir dengan mengajarnya aku disana.
Bertemu mentari.. bertemu rembulan.. puluhan kali sudah aku menemuinya. Tak ada tanda aku akan menghilang dari tempat ini. “tuhan, aku mohon.. biarkan aku kembali” ungkapan yang terucap dibenakku. Tepat saat hendak kembali berbalik, berdiri seorang tuan yang lagi-lagi berpakaian aneh seperti seorang raja ataupun perdana menteri. Sosoknya yang tinggi dan besar membuatku terkejut! Tak kusangka ia ternyata ayah alice dan zico.
Pertemuan dengan ayahnya membuatku bertanya-tanya. Satu kata yang kuingat dari sekian banyak ungkapan yang diucapkan ayahnya yang diungkapkan tadi, “alice dan zico akan melakukannya untukmu.. tak perlu khawatir” keesokan harinya, sebelum mentari berterik, aku diajak alice dan zico untuk segera pergi. Alice dan zico tak mengatakan akan kemana, namun setelah sekian lama melangkahkan kaki, tiba-tiba suara hentakan kaki yang beriringan itu berhenti tepat dimana tempat kami bertemu pertama kali berjumpa. Alice meminta padaku agar aku tetap disini dan menjadi orang kepercayaannya tapi dengan tegas aku mengatakan tak bisa. Ini bukan tempat tinggalku. Dan aku harus secepatnya kembali.
“bagaimana kau sampai ketempat ini?” Tanya zico. “entahlah aku tak tahu, dan aku juga bingung apa yang sedang terjadi denganku, kenapa aku ada disini” “pasti ada sesuatu yang membuatmu harus disini” “mungkin agar kau bisa mengenali dirimu lebih jauh lagi” “maksudmu zico?” tanyaku.
“Ini memang bukan duniamu, zico yang membuatmu berada disini, keberadaanmu disini itu atas panggilan dari zico. Kau ungkin tidak mengerti, tapi ini adalah negeri pemimpi kami hanya ada dalam impianmu. Semua kejadian yang terjadi tentang kau yang mengungkap semua kasus-kasus dan permasalahan disini, kau masih belum mengenali kemampuanmu? Bukankah kau yang paling tahu tentang dirimu? Ku juga yang paling tahu apa yang harus kamu lakukan. Mengapa kau biarkan itu sebatas sebuah mimpi? Jangan berpura-pura kau tak tahu apa-apa, kau bukan orang bodoh”. “zico memanggilmu, ia ingin tahu apa kau tetap seperti diduniamu ketika kau hidup dinegeri ini, tapi ternyata tidak. Naluri menuntunmu untuk terus mewujudkan mimpi dan membiarkannya berkembang bukan menutup diri dari mimpi”. “aku zico, aku hanya bertanya jika didunia mimpi kau jadi dirimu sendiri mengapa kau disana berpura-pura bodoh? Hidupmu Cuma satu kali, jika kau menginginkan kehidupan diduniamu maka berubahlah!”.

“jangan biarkan pengalaman buruk membuatmu menutup diri dan menutup semua impianmu, jika kau seperti itu, maka kau sama dengan orang yang tak bersyukur atas semua pemberian tuhan padamu. Kemampuanmu, impianmu, usaha dan do’a, mereka bukan sebuah kata-kata akan tetapi itu untuk dilakukan dan buat semuanya menjadi sebuah hasil yang dapat disaksikan oleh seluruh dunia.“tapi bagaimana? Aku terlanjur menutup impianku dan aku tak bisa berbuat apapun selain meneruskan kehidupanku yang seperti ini! Aku sudah mencoba berkali-kali berubah tapi tak bisa! Aku tak bisamelakukannya!”.
“keberanian.. keberanian.. itulah yang harus kau lakukan. Jika kau berani menutup impianmu maka kau juga harus berani membuka kembali impian itu”. “reina.. aku dan alice adalah temanmu dinegeri pemimpi dan kita mungkin tak bertemu lagi, tapi kau harus ingat bahwa “MIMPI” untuk diwujudkan!”

“reina.. aku dan zico adalah pangeran dan putri dinegeri ini, jadi.. maaf sebelumnya karena aku tak mengatakannya sejak awal.. ini semua karena kami membuat seorang gadis menemukan arti sebuah “IMPIAN/MIMPI” jika kami berhasil maka secara resmi kami akan diakui sebagai pangeran dan putrid dinegeri ini. Jadi kau harus berubah! “kembalilah!” melangkahlah lurus dari arah belakangmu dan kau pasti akan bertemu jalan pulang itu!”
Sambil terus melangkah aku mengucap pada mereka “terima kasih alice dan zico.. semoga kau dapat menjadi putri dan pangeran dinegeri indah ini, semoga kalian akan selalu membantu meraka menemukan arti sebuah “IMPIAN” itu”. Ucapku dalam benak, sambil trus melangkahkan kaki, tiba-tiba sinar terangmenghampiriku dan semuanya seketika menjadi gelap gulita.
“reina..reina.. kau masih belum bangun?”                                                                                              “reina!! Sudah pukul 07.30 pagi Kau tak kesekolah?”
“apa? Kesekolah? Pukul 07.30.. sekarang?” aku cepat-cepat bangun dan segera berangkat. Ibu bilang aku sudah tertidur sejak siang kemarin dan baru bangun pagi ini, semuanya terasa seperti perjalanan sungguhan. Tapi mulai hari ini waktunya perjalanan mewujudkan “IMPIAN”.

selesai

Maqhrisa R. Suherman

KOTABARU, 2014

0 komentar:

Posting Komentar