Minggu, 25 Oktober 2015

OS Part 2

Edit Posted by with No comments
OUR'S STORY 
Part 2

Salam buat kita semua.. kemarin sudah lihat-lihat "OUR'S STORY" ya. Kebetulan banget.. Sebelum kita ke part 2, yuk kita ingat-ingat yang kemarin di Part 1..


Kenalan yuk sama anak-anak Offering C.. 
yang paling depan dari gambar ada Iirvan dan Bagus. cewek yang paling depan dari barisan cewek-cewek ada indri, disamping kanan indri ada ganny dan disamping kiri dari irvan ada hikmawan. kalo dibelakangnya hikmawan ada januar yang disebelahnya ada anti dan selanjutnya lilis. nah kalo dibelakang antara lilis dan anti ada lia (kakakku) yang kemarin lupa aku sebutin namanya... disamping lia ada ma'ruf ketua kelas kita dan di lakangnya lagi ada "nobita" alias badroni. buat cowok-cowok yang dibelakang banget ada irsad yang berada disebelah kanan belakang dan ada bayu disebelah kiri bagian belakang yang pakai kacamata ya..






anak-anak Offering C lagi ngumpulin beragam kenang-kenangan buat ntar dimasa depan, hhe hhe..
sekarang waktunya aku lanjut ya ke part 2 seperti yang sudah aku janjikan kemarin..
>^_^<  (@_@)

"KEBAHAGIAN itu datang disaat kita saling berbagi, Sedih akan terasa ringan disaat kita dapat merasakan bersama-sama. Satu langkah dengan satu tujuan. Satu mimpi dalam satu angan. Satu tawa dalam canda. Satu kenangan dalam memori dan Satu kalbu dalam kebersamaan" itulah yang menjadikan kita tetap dalam kebersamaan di keluarga PTE C 15. banyak cerita yang telah terukir disini untuk kali ini aku mau share apa aja sih cerita-ceritanya? penasaran? ayo kita langsung baca aja! "Let's Go......

Kisah Pertama...



Ini awal-awalnya kita kumpul di perpustakan kampus. Ceritanya juga berawal dari Tugas pertama pengukuran listrik. Kok aku kelihatan serius banget y? maklumlah kan bukan aku yang ngambil ini foto.. nggak tahu juga siapa y.. yang jelas nanti kalo satu diantara kalian baca ini,.. paling senyum-senyum sendiri gara-gara aku mohon ijin posting hasil gambarnya.. oh iy.. sebenarnya ada anak-anak yang lain hanya saja belum sempat kebagian tempat di fotonya.

kalo untuk Foto yang di bawah ini...??



Ini fotonya januar sama Lia. Disela-sela kesibukan ngerjain tugas mereka masih sempat-sempatnya berdua ngobrol.. nggak jelas juga sih apa yang diobrolin.. yang jelas sesuatu hal lah..

januar: "ya Lia kamu dari Trenggalek y.."
lia   : "ya.. kamukan dari Tulungagung"
Januar: "lia.. bawain oleh-olehnya Trenggalek.. kalo pulang kesini            jangan tangan kosong.."
lia   : " kamu tuh bawain oleh-olehnya Tulungagung.."
januar: "yang sering pulang kan kamu.."

yang jelas obrolan mereka serius banget.. kadang-kadang disela-sela pembicraan mereka saling tertawa bareng.. ya, terimakasih buat yang sudah usil ngambil gambar mereka.. kan nambah satu buat kenang-kenangan. lanjut----->

Gambar 2


Ada yang lebih seru dari gambar diatas.. Lilis kok terlihat serius banget ya ngajarin teman kita yang satu ini (Haris). Sementara anak-anak yang lain sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri wah ternyata ada pemandangan yang seru tuh. Fajar (yang memakai kacamata) juga senyum kemana itu?? wah dia lagi memperhatikan sesuatu y..  Gara-gara ini nih.. adekku jadi digosipin di grup WA..

To Be Continued.. 
sampai jumpa di pertemuan selanjutnya..
Mohon maaf apabila ada salah-salah kata y..
Salam..








Sabtu, 24 Oktober 2015

OS Part 1

Edit Posted by with No comments

OUR'S STORY


"

semua berawal dari pertemuan satu sama lain. lewat pilihan dan keputusan untuk mencari ilmu di tempat yang sama hingga berakhir menjadi sebuah pertemuan dan jalinan persahabatan. kita semua berbeda-beda tetapi berbaur menjadi satu. teman, sahabat dan saudara. ini akan menjadi tempat yang begitu menyenangkan melangkah bersama, tertawa bersama berbagi kisah sedih bersama dan yang paling penting tetap bersama dengan kata "TOGETHER".

Ada Ma'ruf yang biasa dipanggil "Giant" olehku dia sebagai ketua offering kami. Ada Anti yang terkadang kupanggil "Himawari" ia disini sebagai Wakil dari Ma'ruf. Kali ini Badroni sosok yang biasa aku Panggil "Nobita" sekretaris yang akhirnya menggunakan kacamata. Ini kakakku (Lia) saudaraku yang juga sebagai sekretaris membantu "Nobita". Jika ada Nobita maka harus ada "Doraemon", yup benar sekali ia sebagai Bendahara dikelas namanya sebenarya Hikmawan. aku membantu "Doraemon" menjalankan tugas sebagai Bendahara. Mereka (Giant, Nobita dan Doraemon) biasanya memanggilku "Dorami" sebagai adiknya "Doraemon".

kita lanjut ke saudaraku selanjutnya. ada Misik.. mbak kesayanganku. ada Lilis adek yang harus dijaga dan dikasih tahu kalo lagi salah. Ini masku namanya Irsad kita saudara satu sama lain (Misik, Irsad dan Icha). Ada mas Fiki ceritanya sebagai kakak angkatku dan onni chan panggilan Luthfi hasan huda, sebab ia lebih tua dari mas fiki. kalo ini ada sahabat-sahabatku yang luar biasa baik banget. Joni yang pandai di IT dan Bagus yang pandai di elektronika. Joni suka bercanda orangnya kalo bagus ia orang yang rajin.


kalo yang ini aku mau kenalin sama yang namanya Khasbi temanku yang terkadang aku panggil "Nobita" masa depan, soalnya ia saling usil kalo ketemu "Nobita" yang satunya. Ada Arif "Om Arif atau Mbah Arif" anak-anak kadang manggilnya itu tapi aku biasanya manggil Om Arif. Ada Faiz, aku senang memanggilnya dengan sebutan "Om". Temennya faiz itu ada Zain atau Nuri (jadi kebayang sama tante nuri.. ). Sekarang Indri aku panggilnya sekarang adek. dia yang sering foto bareng sama lilis adekku. Lina temen cewek kita yang menjadi pelengkap kita para cewek-cewek. kalo nggak ada dia kita nggak bakalan jadi tujuh bidadari dikelas.. hhe hhe becanda ya...*_*

selain khasbi dan bodroni masih ada cowok-cowok yang pakai kacamata. ini menjadi salah satu ciri khas mereka. Ada Fajar, temennya kakakku, dan juga ketupel kita untuk acara Baksos. Ada bayu, yang juga memakai kacamata ciri khasnya biasanya nyebutin "Mas Bro". yang terakhir biar cocok buat jadi anak-anak boyband kata anak-anak semua di kelas itu James. James jadi pelengkap kelima cowok keren boyband Offering C. Januar itu temennya Joni yang juga dari Tulungagung. Awalnya ia dipanggil dengan nama "Somad". ini Ganni, "Sinchan" beberapa anak-anak diantaranya aku dan Anti memanggilnya dengan nama tersebut.

Fauzi dan Fauzan. dia awal-awal kita-kita para cewek agak ketuker dengan nama mereka yang hampir mirip. tapi lama kelamaan akhirnya sudah hapal sama wajah mereka. Fauzi berasal dari klaten yang berdekatan sama Yogyakarta. Kalo Fauzan itu temen dekat sama Fauzi. Ada fahmi cowok tertinggi badannya. Itulah ciri khas yang paling meninjol di fahmi. ada Irvan orang Blitar yang memperkenalkan beberapa tempat wisata dan makanan khas yang ada di Blitar kepadaku. 




Tiga cowok yang biasanya di panggil sebagai anggota dari deng "BIG HERO SIXS". Temen-temennya mas Fiki, Onni Chan dan Fahmi. Mereka ada Maulana, ia biasanya dipanggil dengan julukan "Maul" panggilan yang terdengar unik. Ada Ardi tetapi nama yang biasa kita dengar Lazuardi. Anggota yang ke enam dari mereka itu adalah Haris. Ia salah satu yang terbaik sebagai pemain catur di kelas kita. mereka selalu terkumpul dan di kenal dengan nama geng tersebut.

Anggota kelas yang juga berasal dari tempat yang jauh. Aziz nama panggilannya, ia berasal dari Lombok. Tempat yang jauh dari pulau Jawa Timur. ya.. dia kurang lebih sama seperti aku dan ma'ruf yang datang sebagai perantauan untuk menimba ilmu disini. kemudian Burhan, anak-anak pasti kenal sama dia.

To Be Continued...



Note:
*tidak bermaksud untuk mengejek ataupun sebagainya.
*agar menjadi catatan sejarah dalam hidupku pribadi.
*agar selalu dikenang masing-masing
*semoga tidak ada yang keberatan atau merasa diledek ataupun sebagainya.. saya pribadi memohon maaf yang sebesar-besarnya.

sampai bertemu di "OUR'S STORY" selanjutnya... 
salam @_@



Jumat, 23 Oktober 2015

Cerpen (Cerita Gadis dari Negeri Pemimpi)

Edit Posted by with No comments
Cerita Gadis dari Negeri Pemimpi


Angin berhembus membawa suasana sejuk disekitar hamparan hijau yang dikelilingi pemandangan indah lengkap dengan sungai yang membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Hembusan angin sejuk menjadi penyempurna untuk keadaan di tempat itu.
Tak pernah sebelumnya kulihat tempat sempurna seperti ini, saat kita terus berjalan mengikuti arah sumber dari air-air jernih di sungai itu, lagi-lagi mengejutkan! Sebuah pemandangan air terjun yang sangat indah, bukan cuma satu tetapi lebih dari itu. Seperti sebuah hutan, tapi juga bukan sebuah hutan. Tempat ini seperti surga, tanaman indahnya, pepohonan yang beragam, kumpulan binatang yang lucu dan menggemaskan yang hidup disana. Tapi tak ada seorang pun yang kutemui “Apa ini tempat tak berpenghuni?” langkah kakiku terus melangkah. Aku tak begitu ingat, bagaimana aku bisa sampai ketempat ini.

Suara dari perutku mulai berdendang, kupetik buah-buahan yang ada disana, untuk menenangkan suara perut yang terus berdendang ini. Rasanya yang lezat membuatku melahap semua buah-buahan disana hingga perutku terasa meluap. Akhirnya aku putuskan untuk bersandar di bawah pohon rindang itu. Sepertinya sedang musim panen.
Tak lama terdengar suara langkah kaki dari balik semak, terlihat seorang gadis sebaya denganku muncul tepat dihadapanku. Kami bersamaan terkejut. “Siapa kau?” Tanya gadis itu. “Reina, itulah namaku” jawabku. “Kau dari mana? Tinggal dimana?” “Aku juga bingung menjelaskannya padamu.” “Siapa namamu?” “Putri Alice”, “Nama yang indah” “Terima kasih”. Percakapan antara aku dan dirinya terus berlanjut. Tempat yang sangat aneh, bagiku ini bukan tempat tinggalku. Kujelaskan semuanya pada alice jika ditanya mengenai bagaimana bisa aku sampai ketempat ini, aku juga tak tahu. Ia memberikanku ijin untuk tinggal bersamanya, sampai aku bisa kembali menemukan jalan pulang.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Alice, “Tempat ini sungguh benar-benar aneh..” semua orang sangat ramah terutama saat kami lewat, tak ada yang tahu pasti apa yang terjadi disini, aku bahkan benar-benar tak mengingat dimana keberadaanku terakhir sebelum berada disini. Berulang kali mencoba mengingat semuanya, yang kudapatkan hanya posisi rumah, aku rasa aku ada dirumah sebelumnya. “Apa yang terjadi? Bagaimana aku dapat sampai disini?”
Sesampai dirumah Alice, aku disambut ramah oleh ibu dan adiknya. Rumahnya bagaikan sebuah istana “ASpa ini sebuah negeri yang dipimpin oleh sebuah kerajaan?” lagi-lagi ada perasaan aneh dibenakku. Terasa ada banyak perbedaan antara disini dan diduniaku. “apa yang terjadi!”. Saat malam tiba, kami berkeliling kepasar malam, banyak orang-orang disana, pasar malam itu sungguh benar-benar luar biasa, sangat ramai dan meriah.

Aku, alice dan adiknya zico menikmati suasana pasar malam, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang berlari dan menabrak kami, ia terjatuh begitupun kami, akan tetapi ia segera berdiri dan berlari lagi, zico mengejar anak laki-laki itu, alice pun juga ikut berlari dan turut serta menarik lenganku. Zico berlari sangat kencang, tak heran ia pun dapat menangkap anak itu “untuk apa mengejarnya zico?” Tanya alice “kau tak lihat/ ia mencuri uangmu!” sahutnya dengan nada keras. “ia tak mencuri.. dan bukan dia pelakunya!” ucapku. Zico dan alice merasa heran. “ kau lihat caranya mengambil uang dari alice sangat kasar, maksudku sangat terlihat jelas, belum lagi ia berlari tanpa berpikir panjang agar tak tertangkap olehmu zico, jika dia memang seorang pencuri, ia pasti tak berlari seperti itu. Itu semua karena dia terpaksa melakukannya atau ada yang sengaja memerintahkannya.” Anak itu akhirnya menjelaskan semuanya, seperti dugaanku, yang terjadi memang seperti itulah.
Sudah beberapa hari aku tinggal disini, aku harus kembali pulang. Ayah dan ibu pasti mengkhawatirkanku. Aku ingin menceritakan detil tentang kehidupanku dan duniaku padanya tapi sulit untuk mengungkapkan semua itu padanya. Saat sedang asyik menikmati pemandangan mentari yang indah didepan halaman rumah alice, seorang wanita setengah baya  memanggilku dan ia menyampaikan sebuah pesan padaku.. “panggilan.. alice memanggilku” hentakan kaki dengan cepat melangkah. “reina.. bagaimana ini? zico tiba-tiba kesakitan dan membuatnya seperti ini. Aku coba untuk membantu tapi semua tak berhasil” Tanya alice “ aku juga tidak tahu.. laporkan saja keibumu dan kita panggil seorang dokter atau tabib!” aku merasa benar-benar gugup dan bingung. “tak bisa! Ini tak boleh kami lakukan! Tak ada yang boleh tahu jika aku ataupun zico sakit separah ini” “apa maksudmu?” “tak bisa!” “baiklah, kalau begitu ambilkan saja air hangat dan sehelai kain” dengan gemetaran aku mencoba membuat zico lebih baik dan tak merasa kesakitan lagi, syukurlah tuhan membaantuku.
“alice berkata padaku bahwa ia akan segera menunaikan kewajibannya” tak jelas apa maksudnya, akan tetapi sekarang bagaimana denganku? Kapan aku dapat kembali? Ini bukan duniaku! Ibu alice mengajakku berjalan mengunjungi sebuah bangunan yang tampak seperti bangunan sekolah, disana terdapat kegiatan belajar mengajar. Kami berkeliling kesemua penjuru bangunan tersebut, tiba-tiba disalah satu ruangan tersebut tak ada seorang guru yang mengajari mereka, tak terduga ibu alice justru memintaku untuk menjadi guru untuk mereka. Kegiatan ditempat itu berakhir dengan mengajarnya aku disana.
Bertemu mentari.. bertemu rembulan.. puluhan kali sudah aku menemuinya. Tak ada tanda aku akan menghilang dari tempat ini. “tuhan, aku mohon.. biarkan aku kembali” ungkapan yang terucap dibenakku. Tepat saat hendak kembali berbalik, berdiri seorang tuan yang lagi-lagi berpakaian aneh seperti seorang raja ataupun perdana menteri. Sosoknya yang tinggi dan besar membuatku terkejut! Tak kusangka ia ternyata ayah alice dan zico.
Pertemuan dengan ayahnya membuatku bertanya-tanya. Satu kata yang kuingat dari sekian banyak ungkapan yang diucapkan ayahnya yang diungkapkan tadi, “alice dan zico akan melakukannya untukmu.. tak perlu khawatir” keesokan harinya, sebelum mentari berterik, aku diajak alice dan zico untuk segera pergi. Alice dan zico tak mengatakan akan kemana, namun setelah sekian lama melangkahkan kaki, tiba-tiba suara hentakan kaki yang beriringan itu berhenti tepat dimana tempat kami bertemu pertama kali berjumpa. Alice meminta padaku agar aku tetap disini dan menjadi orang kepercayaannya tapi dengan tegas aku mengatakan tak bisa. Ini bukan tempat tinggalku. Dan aku harus secepatnya kembali.
“bagaimana kau sampai ketempat ini?” Tanya zico. “entahlah aku tak tahu, dan aku juga bingung apa yang sedang terjadi denganku, kenapa aku ada disini” “pasti ada sesuatu yang membuatmu harus disini” “mungkin agar kau bisa mengenali dirimu lebih jauh lagi” “maksudmu zico?” tanyaku.
“Ini memang bukan duniamu, zico yang membuatmu berada disini, keberadaanmu disini itu atas panggilan dari zico. Kau ungkin tidak mengerti, tapi ini adalah negeri pemimpi kami hanya ada dalam impianmu. Semua kejadian yang terjadi tentang kau yang mengungkap semua kasus-kasus dan permasalahan disini, kau masih belum mengenali kemampuanmu? Bukankah kau yang paling tahu tentang dirimu? Ku juga yang paling tahu apa yang harus kamu lakukan. Mengapa kau biarkan itu sebatas sebuah mimpi? Jangan berpura-pura kau tak tahu apa-apa, kau bukan orang bodoh”. “zico memanggilmu, ia ingin tahu apa kau tetap seperti diduniamu ketika kau hidup dinegeri ini, tapi ternyata tidak. Naluri menuntunmu untuk terus mewujudkan mimpi dan membiarkannya berkembang bukan menutup diri dari mimpi”. “aku zico, aku hanya bertanya jika didunia mimpi kau jadi dirimu sendiri mengapa kau disana berpura-pura bodoh? Hidupmu Cuma satu kali, jika kau menginginkan kehidupan diduniamu maka berubahlah!”.

“jangan biarkan pengalaman buruk membuatmu menutup diri dan menutup semua impianmu, jika kau seperti itu, maka kau sama dengan orang yang tak bersyukur atas semua pemberian tuhan padamu. Kemampuanmu, impianmu, usaha dan do’a, mereka bukan sebuah kata-kata akan tetapi itu untuk dilakukan dan buat semuanya menjadi sebuah hasil yang dapat disaksikan oleh seluruh dunia.“tapi bagaimana? Aku terlanjur menutup impianku dan aku tak bisa berbuat apapun selain meneruskan kehidupanku yang seperti ini! Aku sudah mencoba berkali-kali berubah tapi tak bisa! Aku tak bisamelakukannya!”.
“keberanian.. keberanian.. itulah yang harus kau lakukan. Jika kau berani menutup impianmu maka kau juga harus berani membuka kembali impian itu”. “reina.. aku dan alice adalah temanmu dinegeri pemimpi dan kita mungkin tak bertemu lagi, tapi kau harus ingat bahwa “MIMPI” untuk diwujudkan!”

“reina.. aku dan zico adalah pangeran dan putri dinegeri ini, jadi.. maaf sebelumnya karena aku tak mengatakannya sejak awal.. ini semua karena kami membuat seorang gadis menemukan arti sebuah “IMPIAN/MIMPI” jika kami berhasil maka secara resmi kami akan diakui sebagai pangeran dan putrid dinegeri ini. Jadi kau harus berubah! “kembalilah!” melangkahlah lurus dari arah belakangmu dan kau pasti akan bertemu jalan pulang itu!”
Sambil terus melangkah aku mengucap pada mereka “terima kasih alice dan zico.. semoga kau dapat menjadi putri dan pangeran dinegeri indah ini, semoga kalian akan selalu membantu meraka menemukan arti sebuah “IMPIAN” itu”. Ucapku dalam benak, sambil trus melangkahkan kaki, tiba-tiba sinar terangmenghampiriku dan semuanya seketika menjadi gelap gulita.
“reina..reina.. kau masih belum bangun?”                                                                                              “reina!! Sudah pukul 07.30 pagi Kau tak kesekolah?”
“apa? Kesekolah? Pukul 07.30.. sekarang?” aku cepat-cepat bangun dan segera berangkat. Ibu bilang aku sudah tertidur sejak siang kemarin dan baru bangun pagi ini, semuanya terasa seperti perjalanan sungguhan. Tapi mulai hari ini waktunya perjalanan mewujudkan “IMPIAN”.

selesai

Maqhrisa R. Suherman

KOTABARU, 2014

Cerpen (Damai Bersamamu)

Edit Posted by with No comments
Damai Bersamamu

Saat jingga mewarnai detik pergantian waktu. Seakan memutar kembali kenangan memori yang penuh akan makna. Memandang ke depan jauh di kedalaman sayup-sayup rindu datang tak terelakkan. Kehadirannya bagian dari sejarah yang tak tertuliskan.
***
Seolah hati berkata bahwa aku sudah bahagia. Aku telah menikmati akan hidup yang sebenarnya. Terlahir dari keturunan bangsawan, hidup tak mengenal kekurangan dan bebas bersikap. Aku tak pernah mengenal kata sedih, gelisah dan tak bahagia. Mereka tak lebih beruntung dari hidupku. Betapa mereka menginginkan kehidupanku. Tak heran banyak orang yang menantikan kehadiranku. Tidak ada kebahagian yang seperti aku miliki hingga saat ini. Mereka yang selalu mengasihiku datang dalam diam dan tersenyum dalam kesunyian. Perjalanan terus berulang meski aku tak sekecil dahulu lagi. Bahagia itu bebas bersikap apapun kehendak diri. Tak akan ada yang melarang itulah kebahagian yang mereka berikan. Sekarang kedewasaan mulai mewarnai kehidupanku. Mereka yang selalu bersamaku, mulai asyik bersahabat dengan gemerlap malam dan kegaduhan yang tak luput dari pandangan purnama.
***
Suara bel berbunyi, suara isyarat panggilan telah tiba. Begitu jumpa dengan mereka maka segeralah langkah kaki bergerak melangkah. Seperti biasanya, malam kehidupanku adalah bagian dari kebahagianku. “Andre, suara telponmu berbunyi cepat angkatlah” ucapku. “Tidak penting! Biarkan saja” jawabnya. Setelah membiarkan malam semakin larut Andre tiba-tiba saja mengajak pulang. Tak peduli aku menjawab atau tidak ia segera menarik lenganku dan melangkah jauh meninggalkan keramaian. Dunia ini seolah goyang dan tak jelas apa yang terlihat. Andre seketika datang dan mengantarku pulang. Kita tak sepenuhnya menyadari bahwa tak pantas jika mengendarai seperti kecepatan pesawat yang terbang di udara. Terlebih tak ada belokan yang sama seperti di samudera. Tak tahu apa yang membuat Andre tiba-tiba berubah pikiran dan hendak cepat sampai. Kita memilih jalan yang lebih sepi dan memotong jalan.
Saat hendak membelokkan ke arah kiri tak di duga bahwa seseorang sedang duduk di samping gerobak dan semua tak terkendali. Andre dan aku telah melakukan kesalahan besar. Seketika Andre turun dan mencoba melihat apa yang terjadi. “Aku takut, apa yang terjadi?” ucapku menenangkan diri. “Apa yang terjadi Andre! Jawab!” seketika ia kembali ke kempat kemudi. “Aku tak tahu! Dengan cepat mobil berhembus pergi. Apa yang barusan terjadi. Semua begitu cepat hingga aku tak menyadari sepenuhnya. Seseorang terlempar di depan mobil dan tertabrak dengan mobil yang di kemudikan Andre. Malamnya aku tak jadi pulang ke rumah. “Tenangkan dirimu! Kita tidak akan di gugat. Tak ada yang melihat” ucap Andre. “Kau sudah memastikan bahwa mereka tak melihat? Bagaimana dengan orang itu?” jawabku. “Sepertinya dia tak selamat! Tolong jaga rahasia ini dan biarkan semuanya menghilang seiring waktu. Tom, kau satu-satunya yang bisa aku percaya! Ini untuk kebaikan kita!” tegas Andre.
Meski begitu, malamnya tidak ada yang dapat terlelap. Semua yang awalnya tak jelas terlihat seakan jelas terbayang kembali rekaman kejadian barusan. Mimpi buruk telah menghantui kami. Hanya sepi dan diam seribu arti yang kami ratapi.
***
Kembali mentari menyapa dengan ratapan sinar yang begitu terang. Tak ada yang bisa dilupakan. Semua hanya disimpan rapat dalam benak masing-masing. Sehari penuh beban sekali untuk perlahan-lahan diam dan melupakan. Keadaan ini tentunya membuatku dan Andre tak kuat. Beruntung aku bukan pelaku sesungguhnya kejadian itu. Andre penyebab semua ini. Hati nurani juga tak tega, ia bahkan lebih frustasi daripada aku. Berkali kali aku lihat ia meminum pil penenang. Ia kembali pergi menjauh dari hadapanku. “Sebegitu beratkah baginya karena kejadian itu?” ungkapku dalam hati. Andre menghilang selama berbulan-bulan. Kita semua tak bisa menghubunginya. Bi Surti hanya bisa memberitahu bahwa Andre di bawa ke luar negeri.
***
“Aku membenci diriku, aku benci keadaan ini!” kebahagianku lenyap seketika. Hidupku gelap dan terjebak di kegelapan. Semua terasa mimpi bahkan Tom pun seakan bukan sosok temanku lagi. Semua menghantuiku, orang itu dan kejadian itu. Orang tuaku yang melihat kejadian itu hanya membawaku keluar negeri dan membiarkan diriku terpenjara di ruangan tak sepadan dengan diriku. Aku tak semestinya ada di klinik psikiater. “Mana kebahagian yang kumiliki sekarang? Siapa yang berani mengambil dan merenggutnya!” lagi dan lagi perawat itu datang tanpa henti. Kali ini ia memberikan aku kesempatan untuk bebas pergi berkeliling di lingkungan klinik. Ia sengaja memperlihatkan bagaimana orang-orang yang kehilangan akal pikirannya. Entah apa maksudnya, aku tak mengerti. Semenjak saat itu, perawat itu tak kunjung kembali. Ia tak pernah lagi ke klinik. “Dunia yang aneh!!” kuteriakan berkali-kali.
Beberapa bulan kemudian aku akhirnya bebas dari semua itu. Mereka akhirnya menyadari bahwa aku bukan dari bagian mereka. Aku berbeda dan tidak seperti mereka. Jika saja malam itu tidak terjadi maka hidupku tidak seperti ini. Sebelum aku kembali, aku menanyakan kemana perginya perawat itu. Menurut salah satu teman yang menggantikannya ia telah meninggal dunia karena penyakit tumor ganas. Perawat itu memberikan sebuah sapu tangan yang bersulamkan kata “God” kepadaku. Sebelum berhenti dan meninggal ia menitipkannya untukku agar diberikan sebelum aku pergi dan kembali. Ada hal yang tak bisa aku mengerti di dunia ini. Hidupku mulai hampa dan kosong. Aku kembali pulang dan tak lama akhirnya berjumpa dengan kawan lamaku, Tom.
Petemuan singkat yang menyentuh hingga debar-debar jantung mengarungi raga. Dia sudah seperti bagian dari diriku. Mungkin benar saat kita tak bersama seorang sahabat kita akan menyadari betapa berharganya mereka. Tom ternyata sudah lama menunggu kedatanganku. Ia sering bertanya kabarku selama aku di luar negeri.
***
“Tidak!! Aku bukan pembunuhmu! Menjauh dan pergi menjauh!” Andre seketika bangun dari tempat tidurnya. “ada apa dengan kau? Tenangkan dirimu” jawab Tom tiba—tiba masuk ke kamar. Andre segera berlari ke kamar mandi dan berteriak seolah ada yang mengganggunya. Nampak bahwa Andre tak sepenuhnya sembuh. Aku biarkan ia seperti itu, berharap bahwa mentari tiba dengan senyuman yang indahnya. Tanpa ada yang menyadari aku tiba-tiba berjalan jauh saat sinar purnama yang terang di kesunyian. Aku benci dan berteriak keras, hidup macam apa ini. Siapa sebenarnya yang berani mengganggu hidupku. Siapa dia? Tunjukkan saja kemampuan dan kehendaknya. Apa dia pengecut hingga berani berbuat seperti ini. Tak sengaja aku melempar kerikil kepada seorang anak kecil. Ia mengaduh kesakitan, sebab kerikil itu mengenai mata sebelah kirinya. Aku sontak kaget dan segera berlari.
Saat kudekati dirinya. Seketika ia berhenti menangis. Matanya yang sakit sengaja ia tahan di depanku. Aku khawatir dan segera membawanya ke rumah sakit. Setelah mendapat perawatan, adik kecil itu harus rela matanya diperban sebab itu ia hanya bisa menggunakan sebelah matanya untuk saat ini. Dokter juga tak berani memutuskan apa yang terjadi. Aku harap ini tak sampai menghilangkan penglihatannya.
“Kenapa tak menangis? Kau tak marah kepadaku?” tanyaku. “Aku sudah menangis, bagiku itu sudah cukup untuk mengungkapkan kesedihanku. Untuk apa marah kepada tuan? Aku percaya bahwa ada satu hal yang semuanya sudah di atur oleh tangan yang paling indah” jawabnya. Jawaban atas pertanyaanku seolah tak ada beban baginya. Ia bahkan tenang sekali tanpa ada emosi. “Kau hendak kemana malam begini? Lalu dimana orang tuamu?” “Tuan, bisakah ku jawab hanya dengan satu kata?” “Tentu, apa itu?” “Pemakaman”. Anak ini membuatku tertarik dengan sikapnya yang sungguh unik. Akhirnya aku sampai pada sebuah rumah yang tak mirip dengan rumah. Tempat para pengemis berkumpul tidur, itulah tempat tinggalnya.
Sebelum ia tidur di atas kertas koran yang tersusun memanjang, ia mendekati seorang kakek dan nenek tua renta yang tengah berbaring disana. Ia selimuti mereka dengan kertas koran yang ia miliki. Lagi dan lagi aku hanya diam kaku meratapi. Sebelum tidur ia Nampak tengah berdo’a tak lama setelah itu ia tertidur pulas di tengah keadaan matanya yang sebelah tak bisa melihat. Aku tak tidur semalaman. Saat mentari menyapa, ia terbangun oleh sentuhan kilau sang surya. Lagi dan lagi ia berdo’a dan segera menyapa kedua orang tua renta itu dan berangkat memulung. Aku ikuti setiap langkah kecil perjalanannya. Satu demi satu sampah pun di dapatnya. Begitu sampai waktunya, ia segera berdo’a entah apa yang dikatakannya aku tak tahu. Saat malam setiap makanan malamnya akan ia bagi sepertiga. Untuknya dan kedua orangtua renta itu. Bagaimana ada anak seperti ia. Malam kemudian bersambut.
Aku masih tetap kaku meratapi aktivitasnya. Sekitar jam delapan malam, ia berangkat dan sesampai tiba-tiba di sebuah pemakaman yang tak begitu gelap sebab terdapat lampu jalan yang menerangi tempat itu. Setelah menunggu lama ia kemudian beranjak pulang dan tepat di depannya aku hentikan langkahnya. Akhirnya kami duduk di bawah sinar lampu jalan yang memandangi berbagai kendaraan lewat. “Untuk apa kau kesini?” “Aku hanya menjumpai kedua orang tuaku” “Lalu bagaiman bisa kau hidup sendiri” “Aku tak pernah hidup sendiri tuan” “Maksudmu?” “Tentu saja, ia yang memiliki mata yang begitu hebat, pendengaran yang amat tajam hingga ia juga bisa mengetahui apa perasaan kita, apa dia tak masuk hitungan?”.”Maksudmu?” “Pikirkanlah”.
Di perjalanan ia akhirnya bercerita bahwa ayahnya telah meninggal dan korban tabrak lari hampir setahun yang lalu. Sambil bercerita ia menjelaskan kronologis kejadian yang tak lain di ceritakan oleh orang tua renta yang biasa ia temui sebelum tidur. Mereka mungkin tak sepenuhnya dapat menjawab tetapi saat itu apapun perkataan mereka dapat aku percaya. Semakin bercerita aku semakin merasa ada yang aneh. Lama-lama ceritanya memberitahukan bahwa aku adalah orang yang merenggut kebahagiannya. Aku pembunuh ayahnya. Aku yang menyebabkan ia juga kehilangan sebagian penglihatannya. Aku tak berani mengakui, meski aku tahu kebenaran yang terjadi. Tom yang akhirnya mngetahui kisah ini juga bersedih dan menetaskan air mata. Ia tak sanggup melihat kenyataan ini. Berbulan-bulan aku menghilang dan ingin berjumpa dengannya. Tom terus memaksaku agar kita memperbaiki kesalahan meski tak sepenuhnya kita bisa memperbaikinya.
Seperti biasanya, waktu ia berkunjung ke makam orang tuanya. Di tempat itulah kami mengakui segala kesalahan. Aku tak sanggup menahan air mata penyesalanku. Tom pun demikian. Sang anak kecil itu tak marah sedikitpun. Ia bahkan tersenyum dan memeluk nisan ayahnya. Saat Tom bertanya mengapa ia tak marah bahkan bersedih. Ia menjawab bahwa semuanya bukan salah aku dan Tom. Ia tersenyum karena, saat kepergian ayahnya ia sudah tahu bahwa Tuhan menyayangi kedua orang tuanya sehingga ayahnya juga di panggil agar segera memasuki surga. Do’anya telah terkabul. Ia ingin sekali bertemu dengan orang yang tak begitu berani menghadapkan dirinya pada kasih sayang Tuhan. “Sekarang aku benar-benar mengetahui bahwa Tuhan sungguh menyayangiku. Aku tak berhak marah ataupun sedih. Saat ini hanya Tuhan yang bisa memutuskan semuanya”. Mendengar ucapannya membuatku sungguh tertusuk ribuan anak panah suci yang membuat hatiku bergetar kuat. Bagaimana bisa ia yang tak tahu apa-apa jauh lebih mulia dari apa yang pernah kulihat. “Tuhan” ituah yang selama ini tak pernah aku ingat. Bukan dari apa yang ada, tapi kebahagian lahir saat kita dekat dengan Tuhan.
***
Aku dan Tom memutuskan mengubah jalan hidup kami. Aku mengajaknya ke sebuah tempat yang begitu indah. Di sebuah padang rumput yang luas dan di bawah pohon yang rindang. Aku termenung di bawah mentari. Diantara kemegahan alam. Memandang dan menikmati indahnya kasihmu dan kurasakan damai hatiku. Sabdamu bagai air yang mengalir membasahi panas hati direlung jiwa. Memberi terang jalanku dan kurasakan indahnya bersamamu. Jangan biarkan damai ini berlalu dan pergi. Hanya padamu Tuhan, tempatku berteduh dari semua kepalsuan bahagia dan dari semua kepalsuan dunia. Aku menutupkan mataku perlahan.
Selesai

                                                                             Malang, 17 Oktober 2015


Edit Posted by with No comments


I am Maqhrisa R. Suherman
I was born in Kotabaru city on June, 1997
My hobby is reading and writting
Faculty Engineering, State University of Malang
I love my parent and my family