Rabu, 01 Juni 2016

Cerpen Ranting

Edit Posted by with No comments
Ranting


Hari yang menyebalkan bagi ocha saat itu. Ia sedang mencoba menghabiskan liburannya selama dua hari ini. Hari ini ia bertemu dengan faiz sepupu kami. Mas faiz panggilan akrabnya ocha, faiz memang orangnya suka bercanda apalagi semenjak ia sekarang memiliki adek laki-laki. Tiba-tiba pulang dari rumahnya ocha memasang wajah cemberut dan ngambek berdiam diri di kamarnya sampai-sampai ia lupa makan siang. Kabar yang ibu kirim melalui sms ke handphoneku siang itu. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan adek kesayanganku?” ucapku dalam benak kemudian melanjutkan kembali pekerjaanku saat itu.

Beberapa jam kemudian handphoneku kembali berdering. Kali ini ibu minta tolong untuk menjemput ocha nanti malam di rumah mas nuri karena nanti malam ibu ada acara. Mas nuri ini usianya sama denganku hanya saja aku masih lebih tua darinya beberapa bulan. Aku memang terkadang memanggilnya dengan panggilan mas sebab ocha memanggilnya seperti itu. Ocha memang biasanya main ke tempat nuri dan faiz. Selain itu tak ada lagi sepupu kami selain mereka. Ibu anak tunggal dan ayah hanya punya satu kakak dan satu adik perempuan yaitu ayahnya nuri dan ibunya faiz.
Padahal ocha sebentar lagi lulus SMA tapi ia masih saja kekanak-kanakan. Mungkin karena ibu sering memanjakannya. Terlebih ayah terlalu sayang padanya hingga ia selalu saja mendapatkan dukungan dari ayah apapun keinginannya. Gara-gara ini juga aku mesti ngurusin adek kesayangan ayah ibu ini. “Ocha…ocha.. apa sekarang kamu sudah punya seseorang yang disuka? Mas Adi harap tidak ya? Sebab kamu masih terlalu kekanak-kanakan dan belum pantas mengetahui hal seperti itu..” lagi dan lagi itu harapanku untuk adikku yang juga sebentar lagi berulang tahun.
***

“ya ampun inikan sudah pukul 21.00 WIB, aku lupa ocha belum aku jemput. Ibu mungkin belum pulang atau masih ada urusan kantor. Kalo begini aku takut ocha malah ngambek dan kecewa. Anak itu sepertinya sedang sensitif hari ini” ucapku sambil menyetir motorku dengan kecepatan yang cukup agar segera tiba di rumah nuri. Setibanya aku disana ocha sedang asyik berbincang-bincang dengan nuri. Ini membuatku bersyukur, seperti itulah ocha. Dia mudah menyelesaikan kepenatannya, kebosanannya dengan nuri. Dia sepupu yang baik dan menyayangi adikku seperti adiknya sendiri. Sehingga aku tak pernah ragu jika ocha dekat dengan nuri, ia sosok yang bijak dan dapat dipercaya bagiku menghadapi ocha yang seperti itu.

Langkah kakiku membuat perbincangan mereka terhenti dan menyadari kehadiranku. “ocha, ayo pulang sudah malam. Besok main lagi kesini iya kan mas nuri?” ucapku. “iya ocha, sekarang mas adi sudah datang. Tadikan ocha katanya mau pulang sampai mas adi yang jemput sendiri” tambah nuri. “baiklah. Mas ayo pulang, mas nuri besok-besok ocha main kesini lagi ya. Sekarang ocha mau pamitan dulu sama tante” ucap ocha pada nuri dengan tatapan ada suatu harapan baginya. kami pun beranjak dan setelah pamitan kami pun pergi. Setibanya kami di rumah ocha diam saja dan dengan wajah datarnya ia segera mencuci tangan dan kaki dan seketika pula ia masuk ke kamarnya. Apa dia begitu kelelahan hingga ia ingin cepat beristirahat atau ada sesuatu yang membuatnya seperti itu. Ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di pikiranku saat ini.

“Via… via…” terkejut dan segera bangun dari tempat duduk. Hanya mimpi, aku kira sungguhan itu yang terjadi. Inikan sudah dini hari, suara itu dari kamarnya ocha sepertinya. Aku pun berdiri dan melangkahkan kakiku dengan perlahan ke arah kamarnya ocha. Rasa penasaranku tak berhenti segera aku membuka pintu tanpa mengetoknya terlebih dahulu. Betapa kagetnya, ocha belum tidur sampai saat ini. “apa yang ocha lakukan?” tanyaku. “mas adi, mengagetkan ocha saja. Ocha tak bisa tidur” dengan wajah menyesalnya dia. “apa yang membuatmu sampai tak bisa tidur”. “aku tak bisa menyelesaikan tulisanku mas adi. Ocha tidak bisa menulis karangan romance, rasanya imajinasi ocha tidak bergerak sama sekali. Ocha sudah mencoba mulai dari ke mas faiz tapi sampai ocha pulang masnya tidak ada gara-gara sibuk di sekolah bolanya. Ke mas nuri malah nggak diceritain soal asmaranya dan mas adi tau nggak ocha malah didongengin sama mas nuri padahalkan ocha penulis kisah anak-anak tapi ya ocha nikmatin aja deh ngobrol sama mas nuri sampai mas adi tadi datang jemput ocha”. “jadi begitu, apa mas adi bisa bantu ocha?” tanyaku. “tentu, aku harap masku bisa bantu ocha. Sebenarnya ocha mau minta tolong ibu tapi ibu juga sibuk, saat ocha ke kamar mas adi, mas adi tak ada di kamar. Ku balas dengan tersenyum, ya sudah sini mas bantu.

“Mas ceritain suatu kisah romance ya, ocha gak boleh ngomong atau memotong pembicaraan ya selama belum selesai. Awal kisah ini bermula di SMP terdapat okta dan irsad. Mereka di pertemukan secara tidak sengaja terlebih lagi mereka juga satu kelas. Sama seperti anak-anak yang lain mereka berteman dan semakin lama semakin dekat. Beberapa bulan kemudian mereka akhirnya memutuskan bahwa mereka akan menjalani hari-hari kedepannya sebagai sahabat satu sama lain. Okta dan irsad saling setuju. Okta sering mencurahkan perasaannya baik saat dia sedang mengalami kegundahan maupun suatu masalah. Mereka saling membantu satu sama lain jika sedang mengalami kesusahan. Okta sering membantu irsad dalam belajar. Mereka satu tujuan saat itu bahwa mereka akan mencapai tujuan dan cita-cita masing-masing tanpa mencampuri urusan privasi.

Tidak ada didunia ini sesuatu yang berjalan mudah. Suatu hari irsad dengan sengaja membaca sms handphonenya okta. Pada saat itu ada seseorang yang sedang menyatakan perasaannya pada okta. Awalnya irsad tak bermaksud membuka pesan tersebut namun karena ia sedang penasaran dengan handphone yang sedang dititipkan kepadanya ini akhirnya ia berani membukanya. Saat okta mengetahui itu ia amat sangat marah pada irsad. Marahnya okta bukan karena irsad mengetahui bahwa ada seseorang yang sedang mendekatinya tetapi ia kecewa bahwa sahabatnya tak bisa menjaga sesuatu yang mereka sepakati sejak awal. Besok, lusa, dan semakin lama mereka saling diam satu sama lain maka timbullah kerenggangan diantara mereka. Okta hanya berharap ada niat baik dari irsad untuk memperbaiki persahabatan mereka. Okta tak ingin sahabatnya menjadi seseorang yang tak bisa memegang janjinya. Janji sama seperti sebuah prinsip yang tak bisa dianggap remeh begitu saja. Rasanya prinsip persahabatan mereka telah roboh dan menghilang begitu saja. Sementara irsad ia merasa bersalah dan tak enak dengan okta. Terlebih mereka juga satu kelas dan sering bertemu.
Sudah satu bulan ini mereka tidak saling menyapa satu sama lain. Akhirnya irsad memutuskan untuk meminta maaf terlebih dahulu. Setelah pulang sekolah ia menunggu okta di depan gerbang sekolah. “okta.. “ sapanya dan berlari menuju okta. Irsad mengulurkan sebuah coklat kepada okta dan memohon agar ia dimaafkan dan persahabatan mereka kembali seperti dulu. Awalnya okta hanya terdiam membisu. Namun akhirnya ia menyadari bahwa yang terpenting persahabatan mereka baik-baik saja. Coklat yang semula dimaksudkan irsad untuk dimakan okta justru mereka makan bersmaa-sama. Ini merupakan pertengkaran mereka pertama. “bagaimana kabar sms waktu itu?” Tanya irsad dengan pelan dan berharap okta tak marah atas pertanyaannya itu. Okta hanya terdiam sejenak. “tidak.. aku belum mau pacaran irsad” sambil menatap dalam pada irsad. “perasaan apa ini? Rasanya aneh dan terdengar benar-benar aneh bagiku” ungkapnya dalam hati. Okta dan irsad akhirnya pulang seusai mereka menghabiskan coklatnya.
***

“Besok ujian dan sebentar lagi kita anak jadi anak SMA. Ku harap kamu bisa masuk ke sekolah impianmu irsad” sambil melangkah. “aku harap juga demikian okta. Lagi pula aku tak lebih  pandai dari dirimu. Apalagi saat diriku berhadapan dengan matematika, rasanya mau perang  besar aja” sambil tersenyum. “ya memang begitu irsad. Setelah ini kamu bermaksud untuk melanjutkan ke sekolah mana?” tanyanya. “aku ingin jurusan otomotif, kamu?”irsad balik bertanya. “tidak tahu irsad, aku masih bingung tapi orang tuaku sudah memiliki pilihan untukku”. Salah seorang dari mereka merasa begitu senang dan juga merasa sedih entah kenapa ia juga bingung dengan keadaannya saat ini.
***

“Akhirnya mulai besok aku bukan anak SMP lagi”. Irsad begitu senang karena ia lulus dengan nilai yang baik. Okta juga turut senang melihatnya. Mereka dan beberapa temannya segera rekreasi ke suatu tempat hingga senja menyapa. Di tengah pemandangan jingga yang akan berganti gelap mereka memandang dengan penuh kedalaman dan tak ada yang mengetahui isi kalbu masing-masing. Entah apa yang mereka panjatkan hanya Tuhan yang mengetahui. Okta memulai perbincangan kembali. Ia bertanya apakah persahabatan mereka akan tetap sama hingga mereka tak bisa bersama lagi? Tentu tetap bisa meski kita sudah tak satu sekolah lagi jawaban irsad pada okta.
Apa yang mereka harapan ternyata tidak sesuai kenyataan yang ada. Di awal tahun ajaran baru mereka masih dapat bertanya dan berbincang satu sama lain. Namun setelah itu mereka tak bisa menghubungi satu sama lain. Lama dan semakin lama hingga tak ada yang tahu keadaan mereka satu sama lain. Handphone irsad yang hilang membuat hubungan mereka semakin tak terdengar seperti dulu lagi. Bahkan saat okta memiliki kekasih sekalipun irsad tetap sibuk dengan kegiatannya yang padat.
***

Hingga tiga tahun kemudian. Tiba-tiba ada sebuah pesan di akun sosial media irsad yang masuk. Segera ia buka pesan yang tak lain adalah sahabatnya. Mereka saling mengobati kerinduan satu sama lain. Tiga tahun bukanlah perkara yang singkat untuk mereka. Namun jika dipikirkan rasanya baru kemarin mereka tak bertemu. Sungguh ini hal yang berbeda dan aneh. Hari-hari mereka seolah kembali seperti dulu. Kini irsad sudah menjadi seorang mahasiswa di suatu Perguruan Tinggi Negeri.
Siapa sangka mereka bahkan lebih dekat dari yang dulu. Saat ada waktu luang mereka menyempatkan menghabiskan waktu bersama. Jalan bersama, makan siang bersama atau menemani satu sama lain jika ada yang hendak dibeli. Okta tak memiliki kekasih semenjak putus dari mantannya yang dulu. Sementara irsad juga belum memiliki kekasih hingga saat ini. Namun jika okta sedang didekati seorang cowok irsad merasa kesal sekali tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Sementara di kampus irsad akhir-akhir ini sedang dekat dengan ayu. Ia cewek yang cantik dan baik. Awalnya hanya berniat untuk tukaran jas almamater saja namun justru itu jembatan penghubung kedekatan dan keakraban mereka satu sama lain. Irsad sering membantu ayu untuk pergi kesuatu tempat dan membeli sesuatu begitupun ayu sering menemani irsad saat sedang tak sibuk. Tentu perhatiannya teralihkan dengan seseorang. Kedekatan mereka sudah melebihi batas wajar. Meski selalu kata-kata tidak yang keluar dari setiap mulut mereka namun ada saja orang-orang yang lebih tahu meski mereka tak menjelaskan yang sebenarnya. Ia masih dekat dengan okta tapi ada perasaan aneh yang mangganjal belakangan ini. Semakin lama semakin berubah. Ayu mengatakan padanya bahwa ia memiliki perasaan lebih ke irsad dan ia juga menyadari bahwa ia memiliki kekasih. Irsad bingung dan harus bagaimana menghadapinya meski ia juga menyadari apa yang ia rasakan saat ini. Mereka memutuskan untuk mencoba menjalani hubungan satu sama lain. Irsad menyatakan perasaannya dan meminta apakah ayu mau menerima pernyataan cintanya. Ayu menerima meski ia masih memiliki kekasih dan irsad mengetahui hal itu.

Meski telah resmi berpacaran dengan ayu, irsad masih dirundung perasaan batinnya. Bagaimana dengan okta. Jika mengetahui hal ini terjadi. Bagaimana perasaan kekasihnya ayu, bukankah mereka sama-sama lelaki. Ini membuat bingung sepenuhnya jika putus bagaimana perasaan ayu yang teranjur menyukainya. Sementara mbak fitri asisten dosen di kampus selalu menyindir diriku. Ini pelik, gelap dan tak berujung semua telah tertusuk duri mawar yang membuat pandangan mata tak menyadari karena keindahannya. “ayu.. maafkan aku, ini keputusan diriku dan pilihanku. Kita akhiri saja sampai disini. Kau dan aku hanya sedang berada pada titik jenuh. Dikala cinta menggoda setiap perasaan seseorang yang telah menaruh namanya pada hati seseorang. Kita akan bertemu seperti dulu sebagai teman. Biarkan ini menjadi pelajaran untuk kita masing-masing” ucapnya dengan yakin. Awalnya ayu hanya memandang dengan tatapan seolah kecewa dan berat menerima keputusannya. Namun irsad menambahkan jika ia sudah yakin bahwa pilihan hatinya adalah ayu maka ia akan kembali dan berikat dengan kata jodoh. Akhirnya ayu menerima keputusannya.
Semenjak kejadian itu, ayu tak pernah sebaik dulu. Ia mulai perlahan-lahan menjauh seolah marah dan kecewa. Seorang teman membaca sebuah tulisan yang berkisah mirip dengan perasaannya saat itu. Mawar Hati sebuah judul yang bermakna dalam. Ini sebuah pilihan semuanya pasti tersakiti namun lebih baik aku membiarkan ada yang terluka dan aku yakin luka itu akan sembuh seiring dengan waktu dan kehadiran seseorang yang lebih pantas menjadi pengobat luka hati tersebut.
***

“Bolehkah aku jujur padamu irsad?” Tanya okta. “tentu, siapa yang melarang?” balasnya. “aku pernah berpacaran tanpa sepengetahuan dirimu dan belum sempat aku bercerita padamu. Seseorang yang tak kau tahu dirinya. Sebelum aku bertemu kembali dengan dirimu kisah kasih itu sudah berakhir. Berakhir begitu saja dan aku nyaman dengan persahabatan kita yang telah kembali seperti dulu”. “maafkan aku juga, aku pun demikian saat beberapa hari yang lalu, aku telah berstatus kekasih orang dan aku pun jalan, makan siang bersamamu. Mungkin kau mendengar kedekatanku dengan ayu. Ya, seperti yang kau bayangkan itulah kenyataannya. Pandangan boleh tertutup, mulut dapat berucap tak seharusnya namun hati ini tak bisa berdusta. Aku menyesalinya dan tak ingin melanjutkan kesalahan itu”. “kau sudah melukai perasaan wanita irsad. Tapi jika kisahnya memang seperti itu maka aku memahami keputusanmu. Aku tak akan menyalahkan dirimu, sahabat memang harus saling memahami”. “jika waktu boleh di tukar biarkan aku menjadi seseorang dikisah ranting”.
Mereka akhirnya saling memaafkan dan hingga sekian tahun mereka saling memahami kekasihnya satu sama lain. Mereka pacaran tanpa saling mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain dan tidak ada pernyataan cinta seperti awal kisah kasih kebanyakn orang”. “mas adi, ceritakan padaku kisah ranting sebenarnya itu apa?” Tanya ocha. “baiklah, sebuah kisah tentang seorang ayah dan dua orang anaknya. Pada suatu hari sang ayah meminta kedua orang anaknya untuk masuk kedalam hutan dan berharap anaknya keluar dengan membawa sebuah ranting yang menurut mereka terbaik dengan syarat saat mereka menemukannya mereka tak boleh menggantinya dengan yang lain.
Anak pertama masuk hutan dan dia menemukan sebuah ranting tapi tidak diambil ranting itu. Ia berpikir pasti di depan sana aka nada ranting yang lebih baik lagi. Ia berjalan terus dan terus hingga ia menemukan ranting kembali. Seperti semula ia tak mengambilnya dan berpikiran akan ada ranting lebih baik di depan sana. Begitu terus, ia telusuri hutan dan melihat banyak ranting hingga ia menyadari bahwa ia telah keluar dari hutan tanpa membawa sebatang ranting pun. Saat bertemu ayahnya anak pertama berkata harusnya ada sebuah ranting yang dia ambil. Sang ayah tersenyum dan berkata andai kita tahu kapan kita akan keluar dari hutan itu. Tak lama anak kedua keluar dari hutan itu dan membawa sebatang ranting yang biasa saja. Anak pertama berucap bahwa ia banyak menemukan ranting yang lebih bagus dari itu. Ayahnya bertanya pada anaknya mengapa ia memilih ranting itu? Dan anak kedua berkata ia pilih ranting itu karena ia suka walaupun di depan sana banyak ranting yang lebih bagus. Karena dia suka dalam perjalanan timbullah rasa sayang dan saat dia keluar dari hutan jatuh cintalah ia pada ranting itu

Sekarang tugasnya ocha memahami sendiri apa kaitannya kisah ranting dengan kisah irsad dan okta”. “tapi jika ocha pikir-pikir nama mas adi kan irsad adi nugraha tapi pacarnya mas adikan namanya via. Ini kisah siapa mas adi?” Tanya okta. Aku hanya tersenyum dia lupa kalo nama via ialah oktavia.
***

Happy Holiday all....
See u next time.."\@_+/"