Ranting
Hari yang menyebalkan bagi ocha saat
itu. Ia sedang mencoba menghabiskan liburannya selama dua hari ini. Hari ini ia
bertemu dengan faiz sepupu kami. Mas faiz panggilan akrabnya ocha, faiz memang
orangnya suka bercanda apalagi semenjak ia sekarang memiliki adek laki-laki.
Tiba-tiba pulang dari rumahnya ocha memasang wajah cemberut dan ngambek berdiam
diri di kamarnya sampai-sampai ia lupa makan siang. Kabar yang ibu kirim
melalui sms ke handphoneku siang itu. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan adek
kesayanganku?” ucapku dalam benak kemudian melanjutkan kembali pekerjaanku saat
itu.
Beberapa jam kemudian handphoneku
kembali berdering. Kali ini ibu minta tolong untuk menjemput ocha nanti malam
di rumah mas nuri karena nanti malam ibu ada acara. Mas nuri ini usianya sama
denganku hanya saja aku masih lebih tua darinya beberapa bulan. Aku memang terkadang
memanggilnya dengan panggilan mas sebab ocha memanggilnya seperti itu. Ocha
memang biasanya main ke tempat nuri dan faiz. Selain itu tak ada lagi sepupu
kami selain mereka. Ibu anak tunggal dan ayah hanya punya satu kakak dan satu
adik perempuan yaitu ayahnya nuri dan ibunya faiz.
Padahal ocha sebentar lagi lulus SMA
tapi ia masih saja kekanak-kanakan. Mungkin karena ibu sering memanjakannya. Terlebih
ayah terlalu sayang padanya hingga ia selalu saja mendapatkan dukungan dari
ayah apapun keinginannya. Gara-gara ini juga aku mesti ngurusin adek kesayangan
ayah ibu ini. “Ocha…ocha.. apa sekarang kamu sudah punya seseorang yang disuka?
Mas Adi harap tidak ya? Sebab kamu masih terlalu kekanak-kanakan dan belum
pantas mengetahui hal seperti itu..” lagi dan lagi itu harapanku untuk adikku
yang juga sebentar lagi berulang tahun.
***
“ya ampun inikan sudah pukul 21.00
WIB, aku lupa ocha belum aku jemput. Ibu mungkin belum pulang atau masih ada
urusan kantor. Kalo begini aku takut ocha malah ngambek dan kecewa. Anak itu
sepertinya sedang sensitif hari ini” ucapku sambil menyetir motorku dengan
kecepatan yang cukup agar segera tiba di rumah nuri. Setibanya aku disana ocha
sedang asyik berbincang-bincang dengan nuri. Ini membuatku bersyukur, seperti
itulah ocha. Dia mudah menyelesaikan kepenatannya, kebosanannya dengan nuri.
Dia sepupu yang baik dan menyayangi adikku seperti adiknya sendiri. Sehingga
aku tak pernah ragu jika ocha dekat dengan nuri, ia sosok yang bijak dan dapat
dipercaya bagiku menghadapi ocha yang seperti itu.
Langkah kakiku membuat perbincangan
mereka terhenti dan menyadari kehadiranku. “ocha, ayo pulang sudah malam. Besok
main lagi kesini iya kan mas nuri?” ucapku. “iya ocha, sekarang mas adi sudah
datang. Tadikan ocha katanya mau pulang sampai mas adi yang jemput sendiri”
tambah nuri. “baiklah. Mas ayo pulang, mas nuri besok-besok ocha main kesini
lagi ya. Sekarang ocha mau pamitan dulu sama tante” ucap ocha pada nuri dengan
tatapan ada suatu harapan baginya. kami pun beranjak dan setelah pamitan kami
pun pergi. Setibanya kami di rumah ocha diam saja dan dengan wajah datarnya ia
segera mencuci tangan dan kaki dan seketika pula ia masuk ke kamarnya. Apa dia
begitu kelelahan hingga ia ingin cepat beristirahat atau ada sesuatu yang
membuatnya seperti itu. Ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di pikiranku
saat ini.
“Via… via…” terkejut dan segera
bangun dari tempat duduk. Hanya mimpi, aku kira sungguhan itu yang terjadi.
Inikan sudah dini hari, suara itu dari kamarnya ocha sepertinya. Aku pun
berdiri dan melangkahkan kakiku dengan perlahan ke arah kamarnya ocha. Rasa
penasaranku tak berhenti segera aku membuka pintu tanpa mengetoknya terlebih
dahulu. Betapa kagetnya, ocha belum tidur sampai saat ini. “apa yang ocha
lakukan?” tanyaku. “mas adi, mengagetkan ocha saja. Ocha tak bisa tidur” dengan
wajah menyesalnya dia. “apa yang membuatmu sampai tak bisa tidur”. “aku tak
bisa menyelesaikan tulisanku mas adi. Ocha tidak bisa menulis karangan romance,
rasanya imajinasi ocha tidak bergerak sama sekali. Ocha sudah mencoba mulai
dari ke mas faiz tapi sampai ocha pulang masnya tidak ada gara-gara sibuk di
sekolah bolanya. Ke mas nuri malah nggak diceritain soal asmaranya dan mas adi
tau nggak ocha malah didongengin sama mas nuri padahalkan ocha penulis kisah
anak-anak tapi ya ocha nikmatin aja deh ngobrol sama mas nuri sampai mas adi
tadi datang jemput ocha”. “jadi begitu, apa mas adi bisa bantu ocha?” tanyaku.
“tentu, aku harap masku bisa bantu ocha. Sebenarnya ocha mau minta tolong ibu
tapi ibu juga sibuk, saat ocha ke kamar mas adi, mas adi tak ada di kamar. Ku
balas dengan tersenyum, ya sudah sini mas bantu.
“Mas ceritain suatu kisah romance
ya, ocha gak boleh ngomong atau memotong pembicaraan ya selama belum selesai.
Awal kisah ini bermula di SMP terdapat okta dan irsad. Mereka di pertemukan
secara tidak sengaja terlebih lagi mereka juga satu kelas. Sama seperti
anak-anak yang lain mereka berteman dan semakin lama semakin dekat. Beberapa
bulan kemudian mereka akhirnya memutuskan bahwa mereka akan menjalani hari-hari
kedepannya sebagai sahabat satu sama lain. Okta dan irsad saling setuju. Okta
sering mencurahkan perasaannya baik saat dia sedang mengalami kegundahan maupun
suatu masalah. Mereka saling membantu satu sama lain jika sedang mengalami
kesusahan. Okta sering membantu irsad dalam belajar. Mereka satu tujuan saat
itu bahwa mereka akan mencapai tujuan dan cita-cita masing-masing tanpa
mencampuri urusan privasi.
Tidak ada didunia ini sesuatu yang
berjalan mudah. Suatu hari irsad dengan sengaja membaca sms handphonenya okta.
Pada saat itu ada seseorang yang sedang menyatakan perasaannya pada okta.
Awalnya irsad tak bermaksud membuka pesan tersebut namun karena ia sedang
penasaran dengan handphone yang sedang dititipkan kepadanya ini akhirnya ia
berani membukanya. Saat okta mengetahui itu ia amat sangat marah pada irsad.
Marahnya okta bukan karena irsad mengetahui bahwa ada seseorang yang sedang
mendekatinya tetapi ia kecewa bahwa sahabatnya tak bisa menjaga sesuatu yang
mereka sepakati sejak awal. Besok, lusa, dan semakin lama mereka saling diam
satu sama lain maka timbullah kerenggangan diantara mereka. Okta hanya berharap
ada niat baik dari irsad untuk memperbaiki persahabatan mereka. Okta tak ingin
sahabatnya menjadi seseorang yang tak bisa memegang janjinya. Janji sama
seperti sebuah prinsip yang tak bisa dianggap remeh begitu saja. Rasanya
prinsip persahabatan mereka telah roboh dan menghilang begitu saja. Sementara
irsad ia merasa bersalah dan tak enak dengan okta. Terlebih mereka juga satu
kelas dan sering bertemu.
Sudah satu bulan ini mereka tidak
saling menyapa satu sama lain. Akhirnya irsad memutuskan untuk meminta maaf
terlebih dahulu. Setelah pulang sekolah ia menunggu okta di depan gerbang
sekolah. “okta.. “ sapanya dan berlari menuju okta. Irsad mengulurkan sebuah
coklat kepada okta dan memohon agar ia dimaafkan dan persahabatan mereka
kembali seperti dulu. Awalnya okta hanya terdiam membisu. Namun akhirnya ia
menyadari bahwa yang terpenting persahabatan mereka baik-baik saja. Coklat yang
semula dimaksudkan irsad untuk dimakan okta justru mereka makan bersmaa-sama.
Ini merupakan pertengkaran mereka pertama. “bagaimana kabar sms waktu itu?”
Tanya irsad dengan pelan dan berharap okta tak marah atas pertanyaannya itu.
Okta hanya terdiam sejenak. “tidak.. aku belum mau pacaran irsad” sambil
menatap dalam pada irsad. “perasaan apa ini? Rasanya aneh dan terdengar
benar-benar aneh bagiku” ungkapnya dalam hati. Okta dan irsad akhirnya pulang
seusai mereka menghabiskan coklatnya.
***
“Besok ujian dan sebentar lagi kita
anak jadi anak SMA. Ku harap kamu bisa masuk ke sekolah impianmu irsad” sambil
melangkah. “aku harap juga demikian okta. Lagi pula aku tak lebih pandai dari dirimu. Apalagi saat diriku
berhadapan dengan matematika, rasanya mau perang besar aja” sambil tersenyum. “ya memang
begitu irsad. Setelah ini kamu bermaksud untuk melanjutkan ke sekolah mana?”
tanyanya. “aku ingin jurusan otomotif, kamu?”irsad balik bertanya. “tidak tahu
irsad, aku masih bingung tapi orang tuaku sudah memiliki pilihan untukku”.
Salah seorang dari mereka merasa begitu senang dan juga merasa sedih entah
kenapa ia juga bingung dengan keadaannya saat ini.
***
“Akhirnya mulai besok aku bukan anak
SMP lagi”. Irsad begitu senang karena ia lulus dengan nilai yang baik. Okta
juga turut senang melihatnya. Mereka dan beberapa temannya segera rekreasi ke
suatu tempat hingga senja menyapa. Di tengah pemandangan jingga yang akan
berganti gelap mereka memandang dengan penuh kedalaman dan tak ada yang
mengetahui isi kalbu masing-masing. Entah apa yang mereka panjatkan hanya Tuhan
yang mengetahui. Okta memulai perbincangan kembali. Ia bertanya apakah
persahabatan mereka akan tetap sama hingga mereka tak bisa bersama lagi? Tentu
tetap bisa meski kita sudah tak satu sekolah lagi jawaban irsad pada okta.
Apa yang mereka harapan ternyata
tidak sesuai kenyataan yang ada. Di awal tahun ajaran baru mereka masih dapat
bertanya dan berbincang satu sama lain. Namun setelah itu mereka tak bisa
menghubungi satu sama lain. Lama dan semakin lama hingga tak ada yang tahu
keadaan mereka satu sama lain. Handphone irsad yang hilang membuat hubungan
mereka semakin tak terdengar seperti dulu lagi. Bahkan saat okta memiliki
kekasih sekalipun irsad tetap sibuk dengan kegiatannya yang padat.
***
Hingga tiga tahun kemudian.
Tiba-tiba ada sebuah pesan di akun sosial media irsad yang masuk. Segera ia
buka pesan yang tak lain adalah sahabatnya. Mereka saling mengobati kerinduan
satu sama lain. Tiga tahun bukanlah perkara yang singkat untuk mereka. Namun
jika dipikirkan rasanya baru kemarin mereka tak bertemu. Sungguh ini hal yang
berbeda dan aneh. Hari-hari mereka seolah kembali seperti dulu. Kini irsad
sudah menjadi seorang mahasiswa di suatu Perguruan Tinggi Negeri.
Siapa sangka mereka bahkan lebih
dekat dari yang dulu. Saat ada waktu luang mereka menyempatkan menghabiskan
waktu bersama. Jalan bersama, makan siang bersama atau menemani satu sama lain
jika ada yang hendak dibeli. Okta tak memiliki kekasih semenjak putus dari
mantannya yang dulu. Sementara irsad juga belum memiliki kekasih hingga saat
ini. Namun jika okta sedang didekati seorang cowok irsad merasa kesal sekali
tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Sementara di kampus irsad
akhir-akhir ini sedang dekat dengan ayu. Ia cewek yang cantik dan baik. Awalnya
hanya berniat untuk tukaran jas almamater saja namun justru itu jembatan
penghubung kedekatan dan keakraban mereka satu sama lain. Irsad sering membantu
ayu untuk pergi kesuatu tempat dan membeli sesuatu begitupun ayu sering
menemani irsad saat sedang tak sibuk. Tentu perhatiannya teralihkan dengan
seseorang. Kedekatan mereka sudah melebihi batas wajar. Meski selalu kata-kata
tidak yang keluar dari setiap mulut mereka namun ada saja orang-orang yang
lebih tahu meski mereka tak menjelaskan yang sebenarnya. Ia masih dekat dengan
okta tapi ada perasaan aneh yang mangganjal belakangan ini. Semakin lama
semakin berubah. Ayu mengatakan padanya bahwa ia memiliki perasaan lebih ke
irsad dan ia juga menyadari bahwa ia memiliki kekasih. Irsad bingung dan harus
bagaimana menghadapinya meski ia juga menyadari apa yang ia rasakan saat ini.
Mereka memutuskan untuk mencoba menjalani hubungan satu sama lain. Irsad
menyatakan perasaannya dan meminta apakah ayu mau menerima pernyataan cintanya.
Ayu menerima meski ia masih memiliki kekasih dan irsad mengetahui hal itu.
Meski telah resmi berpacaran dengan
ayu, irsad masih dirundung perasaan batinnya. Bagaimana dengan okta. Jika
mengetahui hal ini terjadi. Bagaimana perasaan kekasihnya ayu, bukankah mereka
sama-sama lelaki. Ini membuat bingung sepenuhnya jika putus bagaimana perasaan
ayu yang teranjur menyukainya. Sementara mbak fitri asisten dosen di kampus
selalu menyindir diriku. Ini pelik, gelap dan tak berujung semua telah tertusuk
duri mawar yang membuat pandangan mata tak menyadari karena keindahannya. “ayu..
maafkan aku, ini keputusan diriku dan pilihanku. Kita akhiri saja sampai
disini. Kau dan aku hanya sedang berada pada titik jenuh. Dikala cinta menggoda
setiap perasaan seseorang yang telah menaruh namanya pada hati seseorang. Kita
akan bertemu seperti dulu sebagai teman. Biarkan ini menjadi pelajaran untuk
kita masing-masing” ucapnya dengan yakin. Awalnya ayu hanya memandang dengan
tatapan seolah kecewa dan berat menerima keputusannya. Namun irsad menambahkan
jika ia sudah yakin bahwa pilihan hatinya adalah ayu maka ia akan kembali dan
berikat dengan kata jodoh. Akhirnya ayu menerima keputusannya.
Semenjak kejadian itu, ayu tak
pernah sebaik dulu. Ia mulai perlahan-lahan menjauh seolah marah dan kecewa.
Seorang teman membaca sebuah tulisan yang berkisah mirip dengan perasaannya
saat itu. Mawar Hati sebuah judul yang bermakna dalam. Ini sebuah pilihan
semuanya pasti tersakiti namun lebih baik aku membiarkan ada yang terluka dan
aku yakin luka itu akan sembuh seiring dengan waktu dan kehadiran seseorang
yang lebih pantas menjadi pengobat luka hati tersebut.
***
“Bolehkah aku jujur padamu irsad?”
Tanya okta. “tentu, siapa yang melarang?” balasnya. “aku pernah berpacaran
tanpa sepengetahuan dirimu dan belum sempat aku bercerita padamu. Seseorang
yang tak kau tahu dirinya. Sebelum aku bertemu kembali dengan dirimu kisah
kasih itu sudah berakhir. Berakhir begitu saja dan aku nyaman dengan
persahabatan kita yang telah kembali seperti dulu”. “maafkan aku juga, aku pun
demikian saat beberapa hari yang lalu, aku telah berstatus kekasih orang dan
aku pun jalan, makan siang bersamamu. Mungkin kau mendengar kedekatanku dengan
ayu. Ya, seperti yang kau bayangkan itulah kenyataannya. Pandangan boleh
tertutup, mulut dapat berucap tak seharusnya namun hati ini tak bisa berdusta.
Aku menyesalinya dan tak ingin melanjutkan kesalahan itu”. “kau sudah melukai
perasaan wanita irsad. Tapi jika kisahnya memang seperti itu maka aku memahami
keputusanmu. Aku tak akan menyalahkan dirimu, sahabat memang harus saling
memahami”. “jika waktu boleh di tukar biarkan aku menjadi seseorang dikisah
ranting”.
Mereka akhirnya saling memaafkan dan
hingga sekian tahun mereka saling memahami kekasihnya satu sama lain. Mereka
pacaran tanpa saling mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain dan tidak ada
pernyataan cinta seperti awal kisah kasih kebanyakn orang”. “mas adi, ceritakan
padaku kisah ranting sebenarnya itu apa?” Tanya ocha. “baiklah, sebuah kisah
tentang seorang ayah dan dua orang anaknya. Pada suatu hari sang ayah meminta
kedua orang anaknya untuk masuk kedalam hutan dan berharap anaknya keluar
dengan membawa sebuah ranting yang menurut mereka terbaik dengan syarat saat
mereka menemukannya mereka tak boleh menggantinya dengan yang lain.
Anak pertama masuk hutan dan dia
menemukan sebuah ranting tapi tidak diambil ranting itu. Ia berpikir pasti di
depan sana aka nada ranting yang lebih baik lagi. Ia berjalan terus dan terus
hingga ia menemukan ranting kembali. Seperti semula ia tak mengambilnya dan
berpikiran akan ada ranting lebih baik di depan sana. Begitu terus, ia telusuri
hutan dan melihat banyak ranting hingga ia menyadari bahwa ia telah keluar dari
hutan tanpa membawa sebatang ranting pun. Saat bertemu ayahnya anak pertama
berkata harusnya ada sebuah ranting yang dia ambil. Sang ayah tersenyum dan
berkata andai kita tahu kapan kita akan keluar dari hutan itu. Tak lama anak
kedua keluar dari hutan itu dan membawa sebatang ranting yang biasa saja. Anak
pertama berucap bahwa ia banyak menemukan ranting yang lebih bagus dari itu.
Ayahnya bertanya pada anaknya mengapa ia memilih ranting itu? Dan anak kedua
berkata ia pilih ranting itu karena ia suka walaupun di depan sana banyak
ranting yang lebih bagus. Karena dia suka dalam perjalanan timbullah rasa
sayang dan saat dia keluar dari hutan jatuh cintalah ia pada ranting itu
Sekarang tugasnya ocha memahami
sendiri apa kaitannya kisah ranting dengan kisah irsad dan okta”. “tapi jika
ocha pikir-pikir nama mas adi kan irsad adi nugraha tapi pacarnya mas adikan
namanya via. Ini kisah siapa mas adi?” Tanya okta. Aku hanya tersenyum dia lupa
kalo nama via ialah oktavia.
***
Happy Holiday all....
See u next time.."\@_+/"
0 komentar:
Posting Komentar